Semua orang, baik
muda atau tua dapat mengalami trauma. Namun, dapat dikatakan bahwa
anak-anak lebih rentan mengalami trauma, karena secara psikologis
anak-anak belum siap menghadapi suatu peristiwa seperti orang dewasa.
Banyak faktor yang menyebabkan trauma pada anak. Mulai dari terus
menerus diejek teman sebaya, pertengkaran orangtua, mengalami
kekerasan, dan sebagainya.
Trauma adalah respon
secara emosional akibat sebuah kejadian, seperti kekerasan, bully,
atau bencana alam. Reaksi jangka pendek yang biasa terjadi pada
seorang yang mengalami trauma adalah shock dan penolakan. Definisi
trauma pada anak juga tidak jauh berbeda dengan definisi secara
umumnya.
Sebagai orang tua,
Anda juga harus peka terhadap perubahan yang terjadi pada anak Anda,
karena dampaknya dapat berbeda-beda.
trauma dapat
berdampak buruk pada perkembangan otak anak, yang akan meningkatkan
kewaspadaan yang berlebihan, agresif, hiperaktivitas, impulsivitas,
dan sulit berkonsentrasi. Semua itu akan berdampak buruk terhadap
pencapaian keterampilan, prestasi akademik, integrasi sosial,
pemecahan masalah dan kesehatan mental umumnya dan akan menjadi
penghalang langkah seorang anak menuju masa depan yang baik.
Secara umum gejala trauma pada anak dapat dikenali dari perubahan tingkah laku, misalnya tiba-tiba menjadi pendiam, murung, tidak berdaya dan mudah takut. Sementara secara fisik misalnya sering mengeluh pusing, muntah-muntah, sakit perut dan nafsu makan menurun. Gejala lainnya, anak tiba-tiba jadi mudah menangis tanpa sebab, tidak bisa tidur atau tidur dengan gelisah, tidak mau ditinggal sebentar, dan terlalu peka terhadap suara keras.
Karena trauma pada anak tidak mudah dikenali, untuk mengatasi trauma pada anak diperlukan terjaganya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak merasa enggan atau takut untuk berbagi pengalaman buruk dengan orang tuanya. Anak-anak juga harus dijauhkan dari situasi yang terlalu menakutkan baginya. Jika anak mengalami trauma berat, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi trauma pada anak:
Secara umum gejala trauma pada anak dapat dikenali dari perubahan tingkah laku, misalnya tiba-tiba menjadi pendiam, murung, tidak berdaya dan mudah takut. Sementara secara fisik misalnya sering mengeluh pusing, muntah-muntah, sakit perut dan nafsu makan menurun. Gejala lainnya, anak tiba-tiba jadi mudah menangis tanpa sebab, tidak bisa tidur atau tidur dengan gelisah, tidak mau ditinggal sebentar, dan terlalu peka terhadap suara keras.
Karena trauma pada anak tidak mudah dikenali, untuk mengatasi trauma pada anak diperlukan terjaganya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak merasa enggan atau takut untuk berbagi pengalaman buruk dengan orang tuanya. Anak-anak juga harus dijauhkan dari situasi yang terlalu menakutkan baginya. Jika anak mengalami trauma berat, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi trauma pada anak:
1. Mendidik
anak sejak dini untuk beriman kepada Allah Ta'ala dan beribadah
kepada-Nya serta berlindung kepada-Nya dari setiap yang menakutkan.
2.
Memberinya kebebasan beraktifitas, memikul tanggul
jawab dan melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan usianya.
3. Tidak
menakut-nakutinya, khususnya saat menangis, dengan burung hantu, atau
landak, atau orang jahat, atau jin dan ifrit, dsb. Hal tersebut masuk
pada keumuman kebaikan yang dinyatakan dalam hadits,
المؤمن القوي
خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف (أخرجه
مسلم رقم 2664)"Seorang mukmin yang kuat dan baik, lebih Allah cintai dari seorang mukmin yang lemah." (HR. Muslim, no. 2664)
4. Luangkan
waktu bersama anak
Sesibuk apapun kita, sebaiknya sempatkan waktu kita untuk mengajaknya bermain, mengobrol, atau pun menemaninya saat tidur. Meluangkan waktu untuk anak bisa menjadi cara terbaik dalam mengatasi trauma pada anak. Hal tersebut akan memberikan ketenangan pada diri anak. Pada akhirnya, dengan berusaha selalu ada untuknya, anak tidak akan merasa sendirian dan tidak lebih stres menghadapi trauma pada dirinya.
Sesibuk apapun kita, sebaiknya sempatkan waktu kita untuk mengajaknya bermain, mengobrol, atau pun menemaninya saat tidur. Meluangkan waktu untuk anak bisa menjadi cara terbaik dalam mengatasi trauma pada anak. Hal tersebut akan memberikan ketenangan pada diri anak. Pada akhirnya, dengan berusaha selalu ada untuknya, anak tidak akan merasa sendirian dan tidak lebih stres menghadapi trauma pada dirinya.
5.
Memberikan kesempatan sejak balig berkumpul secara
langsung dengan orang lain. Memberikan waktu untuk bertemu dan
berkenalan denganya agar ada perasaan untuk memberi keputusan pada
diri dan perasaannya. Bahwa dia termasuk tempat untuk mendapatkan
kasih sayang, kecintaan dan penghormatan dengan setiap orang yang
berkumpul dan berkenalan dengannya.
Semoga bermafaat
,,,,
0 komentar
Post a Comment